Friday, August 15, 2014

Masih Cinta

Pasti kalo ngeliat judul postingan ini yang ada di pikiran kalian adalah: masih cinta sama mantan, masih cinta sama gebetan yang lama, atau masih cinta sama orang lah pokoknya.
Jawabannya... SALAH!
Yang kumaksud disini itu masih cinta sama akuntansi. Kedengarannya aneh banget deh pasti, waktu dulu masih di jurusan akuntansi kesannya kaya bosen banget, gak suka sama sekali sama akuntansi.
Gak bisa dipungkiri, 3 tahun lamanya bersekolah di jurusan akuntansi tentu aja sedikit-banyak udah buat aku ngerasa suka juga sama akuntansi.
Bohong namanya kalau aku bilang aku sama sekali gak suka. Dan setelah aku lulus ini baru terasa banget kalau sebenarnya aku masih cinta sama akuntansi. Tapi rasa cintaku cuma sebatas 'jangan sampai aku ngelupain apa yang udah aku dapat selama 3 tahun ini'. Ya, aku gak mau bener-bener ngelupain akuntansi. Buku-bukunya masih ku simpan rapi. Dari buku yang kupelajari disekolah sampai buku-buku yang aku beli buat belajar tambahan masih ada di kamarku. Aku gak berniat untuk menjualnya kembali atau memberikannya kepada siapa. Bukannya pelit atau apa, tapi aku memang gak mau ngelupain akuntansi sepenuhnya.
Aku berencana kalau aku ada waktu luang atau senggang aku mau belajar akuntansi lagi, entah itu aku belajar sama teman, baca-baca buku akuntansi atau bahkan mungkin les. Tapi aku gak berniat untuk mempelajarinya di perkuliahan. Hanya sebagai ilmu tambahan.
Sebenernya banyak banget yang pengen kupelajari selain Prodi yang kuambil sekarang(Sastra Inggris). Tapi aku hanya akan mempelajarinya tidak secara akademis. Maksudnya tidak sampai di perkuliahan. Karena menurut aku untuk mempelajari suatu hal gak perlu mesti masuk ke perkuliahan. Yah, kalau yang dicari gelar supaya bisa masuk ke perusahaan tertentu ya lain cerita. Tapi kalau hanya untuk menambah ilmu, pengetahuan, atau wawasan, kita bisa mendapatkannya dari mana aja. Apa lagi sekarang akses ke internet udah lebih maju dan lebih mudah. Jadi kalau butuh informasi tinggal googling aja beres. Banyak banget yang bisa di pelajari kalau kita sedikit lebih 'perhatian' sama lingkungan sekitar kita. Misalnya, ngeliat kertas HVS banyak banget dirumah, gak kepake, ada dimana-mana, kita bisa jadiin kertas HVS atau kertas-kertas tak terpakai lainnya untuk dijadikan note/buku dan tentu aja karena itu buatan kita sendiri jadi kita bisa kereasiin sesuka kita.
Haha jadi kemana-mana ya bahasannya. Jadi ya intinya sebenarnya banyak banget yang pengen dan bisa aku pelajari yang gak perlu sampai di perkuliahan untuk membuat itu jadi ilmu tambahan. Selain akuntansi aku juga pengen belajar main alat musik(gitar dan piano khususnya), pengen belajar ngerajut, jahit, buat baju sendiri, berenang, masak, buat kue, belajar banyak bahasa(perancis, spanyol, korea, jepang...) banyak banget deh pokoknya. Dan aku bakal ngewujudin itu satu-satu meskipun butuh waktu lama untuk merealisasikannya.
Dan untuk kalian semua yang punya banyak keinginan kaya aku, gak perlu khawatir untuk memilih salah satu diantara keinginan-keinginan kalian itu karena kalian pasti bisa pelajarin semuanya. Atau gak perlu takut kalau apa yang kalian pengen pelajari itu bakal menyimpang sama jurusan/prodi yang udah kalian ambil di perkuliahan karena untuk memperkaya ilmu gak mesti harus mempelajari satu ilmu aja. Mungkin keinginan kalian ingin menjadi profesional di bidang yang udah kalian pilih jadi gak berniat untuk mempelajari yang lain dan lebih fokus ke bidang yang udah kalian pilih. Itu juga impian aku dulu, yaitu pengen jadi orang yang profesional di salah satu bidang, dan kita tau sendiri untuk menjadi profesional seprti itu kita harus fokus gak boleh menyimpang-nyimpang. Misalnya pilihannya pilihannya sastra Inggris, yaudah fokus disitu sampai bener-bener jadi master atau bener-bener jadi ahli sastra. Yah, begitu impianku dulu, tapi setelah aku sadar keinginan aku itu banyak banget dan aku gak mau ngelepasin salah satupun dari mereka, jadi aku lebih milih untuk gak menjadi apa yang inginkan dulu(tapi kalau ada kesempatan ya boleh dong hihi). Sekarang aku lebih milih untuk mempelajari semua yang aku bisa pelajari, semua yang aku suka, karena aku pikir aku harus bener-bener memanfaatkan kesempatan hidup aku di dunia ini dengan sebaik-baiknya dengan gak melewatkan satu kesempatanpun yang bisa aku ambil untuk ngewujidin keinginan-keinginan aku. Aku pengen ngerasain semuanya yang aku gak pernah lakukan. Karena biar bagaimanapun aku seorang perempuan, aku juga ingin punya keluarga suatu saat nanti dan aku rasa daripada lebih fokus ke satu hal aku lebih milih untuk memperluas pengetahuanku supaya kalau nanti anak-anakku bertanya tentang apapun, aku bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaannya.
Haha jadi kemana-kemana lagi kan. Yah pokoknya akuntansi masih dihati dan aku tetap ingin predikat 'anak akuntansi' bisa kubawa kemana-mana hahay.

Tuesday, June 17, 2014

Confusion

     Belakangan ini sibuk banget. Ya orangnya sibuk, pikirannya juga sibuk. Pengumuman hasil SNMPTN udah lama berlalu, tapi pikiran masi aja berseliweran kemana-mana. Aku juga gak tau kenapa aku jadi serba ragu begini padahal awalnya udah yakin bin mantap semantap-mantapnya. Aku gak tau kemana perginya Jessica yang optimis kalau apa yang udah dipilihnya dan diyakininya selama ini adalah sesuatu yang benar dan dapat membawanya dalam proses perwujudan mimpinya. Yang ada sekarang malah Jessica yang cuma mikirin orang-orang yang bakal dia tinggal dan orang-orang yang bakal ninggalin dia kalau dia tetep lanjutin apa yang dia yakinin dulu. Pikiran-pikiran semacam itu tentu aja menjadi faktor utama keberhentian sejenak dari langkah yang sedang kuambil. Sampai kemarin(16 Juni 2014), aku masih bingung dan galau banget keputusan apa yang bakal aku ambil. Soalnya kalau kemarin kalau aku gak mau ngelanjutin sebenarnya masih bisa terwujud. Masih bisa sekali tentunya. Karena pendaftaran ulang untuk calon maba yang diterima di jalur SNMPTN berlangsung hari ini. Jadi, kalau sebenarnya aku gak mau hari ini aku gak usah hadir aja, dan otomatis namaku langsung dicoret dari daftar calon maba di universitas yang aku pilih dulu itu. Tapi yah kenyataannya aku hadir hari ini. Aku ikut mengantri untuk melakukan daftar ulang hari ini. Dan aku gak tau apa yang kulakukan ini bener apa enggak.

     Kenapa aku jadi galau mengenai ini? kenapa aku jadi ragu untuk melanjutkan langkahku yang bisa aku bilang  sudah sesuai sama apa yang aku harapkan? kenapa aku yang dulu bersemangat saat ditanaya mau melanjutkan dimana dan apa jadi terdiam dan hanya bisa tersenyum hambar saat ditanya hal yang sama? pertanyaan-pertanyaan seperti itu sempat kutanyakan pada diriku sendiri. Dulu aku bingung saat melihat drama korea yang ceritanya hampir mirip dengan ceritaku ini, hanya saja background masalahnya bukan masalah tentang perkuliahan tetapi tentang masalah percintaan. Tapi kegalauan dan kebingungannya sama dengan apa yang kualami sekarang. Di drama itu ada seorang wanita pegawai negri punya impian ingin segera menikah. Sangking inginnya menikah, dengan siapapun bukan menjadi masalah lagi. Sampai dia bertemu dengan seorang pria pewaris hotel dan resort yang kemudian berhasil membuatnya benar-benar jatuh hati. Padahal awalnya cerita cinta itu hanya berawal dari sebuah sandiwara. Mereka berdua benar-benar memperjuangkan cinta mereka. Terutama sang wanita. Karena dia harus dihadapkan dengan kembalinya sang mantan dari pria yang ia cintai tersebut. Tetapi akhirnya pria itu tetap memilih wanita itu dan melupakan mantannya. Lalu, tante dari pria itu sempat tidak setuju dengan hubungan mereka dan masih ada lagi masalah-masalah yang lainnya. Namun, pada akhirnya pria itu melamar wanita itu untuk menjadi istrinya. Mimpi yang selama ini dinantikan oleh wanita itu benar-benar sudah didepan mata dan siap untuk dijawab. Tapi apa yang dilakukan wanita itu? dia malah pergi ke suatu pulau untuk menyendiri untuk menjauh sejenak dari pria yang selama ini dia perjuangkan cintanya. Dia belum menjawab dan sang pria pun terus membujuknya agar mau segera menerima lamarannya. Aku pada saat itu yang memang belum merasakan keadaan seperti itu malah berkomentar negatif seperti, "Kenapa sih gak diterima aja? kan itu yang dia mau selama ini!", "Aduh, bego banget sih kenapa gak diteriama aja? kasian kan cowoknya!", dan masih banyak lagi komentar-komentar negatif yang sempat aku lontarkan karena kesal atas sikap wanita itu.
Tapi, apa yang terjadi sekarang? aku benar-benar merasakan apa yang dirasakan wanita dalam drama itu ketika tiba waktunya aku harus menjawab mimpi(yang selama ini aku impikan) ada didepan mataku, aku hanya bisa terdiam dan tidak tahu mau menjawab apa.
Di satu sisi itu yang selama ini aku mau, aku inginkan, tapi disaat aku rasa aku tau apa yang aku mau, orangtuaku ga bisa terima keputusan aku yang mau melanjutkan studiku ke luar kota. Dan setelah aku berusaha membujuk agar aku dibolehkan untuk melanjutkan studi diluar kota, akhirnya aku mendengar kata-kata "Iya dong, dia kan mau kuliah di luar kota" dengan nada yang positif dari papaku untuk yang pertama kalinya. Aku yang mendengar hal itu dari kamar langsung merasa bahagia karena akhirnya aku dibolehkan untuk melakukan apa yang paling aku inginkan. Tapi, tak lama setelah itu, benar-benar tak lama setelah hal itu, pada hari itu juga, aku merasakan dunia di atas awan yang sedang kubangun runtuh menimpaku. Kenyataan menyadarkanku. Tanteku datang kerumahku, melihat nilai akhirku, lalu mengatakan lebih baik aku melanjutkan ke bangku perkuliahan dan papa bertanya balik dengan pertanyaan "Memangnya mau kemana?", tanteku langsung menyebutkan nama PTN yang ada di kotaku. Papa berusaha menjelaskan kalau bukan itu yang aku mau, dan memberitahu dimana aku berniat melanjutkan studiku. "Malang? mau sama siapa? siapa yang antar? emangnya bisa hidup, apa-apa sendiri? terus memangnya mau ambil apa?", ya, pertanyaan beruntun itu langsung diatnyakan kepdaku karena papa yang memanggilku keluar. Dan aku cuma bisa menjawab dengan suara pelan "Sastra Inggris". "Sastra Inggris? kamu mau jadi apa habis keluar dari situ? okelah, kalau kamu emang ngotot mau di Malang, tapi jurusannya jangan itu dong, yang jelasan dikit masa depannya. sekarang kamu bilang sama tante kamu mau jadi apa habis itu? coba sebutin pekerjaannya apa-apa aja! Mungkin masih ada harapan kalau di kota-kota besar, tapi kalau di Samarinda?!". Seperti yang bisa dibayangkan aku bakal membuat ekspresi apa dengan kata-kata tajam seperti itu. Terdiam. Mau menjawab tapi ga bisa, padahal aku mau mengatakan sesuatu. Sebenarnya dengan kata-kata seperti itu air mataku bisa langsung jatuh, tapi tidak pada saat itu. Papa yang awalnya mulai yakin dengan apa yang sudah aku pilih, mulai menjadi ragu dengan pilihanku itu. Papa kembali gak mengizinkan aku lagi. Dan kali ini lebih parah, karena bukan masalah tempat aja, tetapi jurusan yang aku pilihpun menjadi masalah. Aku tidak tahu mau melakukan apa. Sesiangan itu aku hanya mendapat ceramah, nasihat, dan pendapat dari tante-tanteku yang lain, aku berusaha menahan air mata seharian. Tapi aku sudah gak bisa menahannya pada malam hari, semua air mata yang kutahan sejak tadi kutumpahkan semuanya. Awalnya aku tak ingin menceritakan pada siapapun, tapi akhirnya aku menceritakan cerita ini ke salah satu guru bahasa Inggrisku yang aku rasa bisa memberikan pendapatnya. Aku hanya bisa menangis pada malam hari itu. Tak lama setelah itu, tepatnya tiga hari kemudian (27 Mei 2014), aku mendapatkan hasil seleksi SNMPTN yang menyatakan aku lulus seleksi. Aku langsung menangis pada saat itu juga, tapi setelah aku menangis tidak percaya, aku langsung terdiam karena gak tau aku mau melakukan apa selanjutnya. Berjam-jam aku terdiam, lalu aku memutuskan untuk memberitahu mamaku terlebih dahulu dan beberapa hari kemudian baru muncul keberanianku untuk mengatakannya kepada papaku. Respon awal sangat dingin, papaku tidak pernah menyinggung masalah itu untuk beberapa waktu, seakan-akan aku gak pernah mengatakn hal itu. Aku juga gak mau memaksanya kali ini, jadi aku cuma bisa membalas diamnya dengan diam juga. Aku mulai berfikir untuk melakukan apa yang dia mau, tapi disaat yang sama papaku memberikan izinnya. Aku.. bingung harus merasa apa. Senang? Sedih? harusnya aku bahagia, tapi karena aku bingung harus merasa apa ketika apa yang paling aku inginkan terwujud, aku mulai ragu apakah ini yang sebenarnya aku inginkan. Situasi ini benar-benar sama dengan yang ada di drama Korea itu, saat apa yang aku mau ada didepan mata, aku gak bisa memberikan jawaban. Semua kujalankan dengan ragu-ragu. Sampai hari ini aku masih gak tau apa ini yang aku inginkan sebenarnya. Aku mulai ngerasa hanya dengan berada di sekeliling orang yang aku sayang adalah satu-satunya hal yang aku butuhkan di dunia ini, aku gak perlu yang lain. Aku mulai berfikir untuk mengorbankan apa yang sudah aku impikan agar bisa selalu disisi orang-orang yang aku sayang, agar bisa bersama mereka selamanya. Aku gak mau melewatkan satu detikpun tanpa mereka. Aku bener-bener gak tau mau melakukan apa, ini kali pertamaku untuk dihadapkan suatu pilihan yang sulit. Disaat orang-orang disekitarku mulai percaya sama aku, aku malah mulai meragukan diriku sendiri. Aku butuh sesuatu yang bisa meyakinkanku, dan aku masih berusaha mencarinya sampai sekarang.

     Aku bener-bener negrasa konyol. Dimana saat anak-anak lain sudah memikirkan masa depan seperti ini sejak setahun, dua tahun yang lalu, tapi aku malah baru memikirkannya belakangan ini. Harusnya aku sudah membuat gambaran dari dulu, tapi aku malah belum memutuskan untuk mau menggambar apa. Aku ngerasa kalau aku adalah orang terkonyol yang pernah ada sampai hari ini, sampai aku menghadiri pelaksanaan daftar ulang hari ini. Aku melihat lumayan banyak anak-anak yang diterima di PTN tersebut dengan jurusan yang mereka PILIH tapi mereka hanya memilihnya dengan asal. Aku tidak mengatakan kalau mereka lebih buruk atau lebih konyol daripada aku. Aku gak ada hak untuk mengatakn hal itu. Tapi aku cuma ngerasa kalau 'kita' semua sedang berada di suatu lingkaran konyol yang sama. Aku melihat kalau sebagian dari mereka memilih jurusan yang mereka pilih itu karena mereka tidak tahu mau memilih apa lagi. Padahal mereka juga kurang mengerti apa yang mereka pilih. Di barisan fakultas ilmu budaya aku mencoba memasang kuping, mencoba mendengar kalau diantara mereka ada yang sejurusan denganku. Tapi jurusan yang paling sering kudengar 'Sastra Perancis', dan aku langsung merasa kagum sama mereka, karena aku yakin mereka pasti sedikit banyak memiliki pengetahuan di bidang itu. Tetapi setelah aku berkenalan dengan salah seorang dari mereka(yang kebetulan jurusannya sama sama aku), aku mendengar sedikit percakapan dia dengan temannya yang dari Sastra Perancis, aku ga begitu mendengar(karena ga ngerti) sebagian besar percakapan mereka karena mereka berbicara dalam bahasa Jawa yang sangat cepat ala anak muda disana, jadi yang bisa kutangkap cuma ini "Sastra? Opo sih sastra? aku yo gak ngerti". Yah, dan itu ngebuat aku sadar kalau aku bukan satu-satunya orang yang bingung pada saat ini. Saat aku bertanya lagi dengan seseorang yang kebetulan di Sastra Prancis, "Wow, Perancis ya? Udah ada basicnya ya?" dan dia jawab "Engga, Engga ada sama sekali. Masih pure, hhehe". Aku gak ngeremehin atau semacamnya, cuma aku ngerasa aku bisa melihat diri aku di wajah mereka. Kebingungan. Mungkin aku bakal nemuin sesuatu yang bisa yakinin aku lagi di jalan ini dengan seiringnya waktu aku memasuki dunia itu perlahan-lahan. Mungkin pelajaran selanjutnya yang bakal aku dapat adalah tentang 'Kesabaran'.

Friday, May 9, 2014

A Kid's Problem

Hi people! Really nice to have you as a reader :). Just straight to the point, I want to share one thing/topic about a kid's problem, what kind of things that a kid really wants. According to what I've felt and experienced, things that kids really want are so simple yet so hard to be relized by their parents. Just two simple words. Trust and support. I have no idea whether I've got that or not, because I don't know what's inside their heart. All I've ever seen is just one of my parents does that not both of them. You know, I really don't want to hide something from them. I want to share everything and tell every thought that I have to them. But because I know some things that I want to share to them are something that they may not like, so I keep keeping that just in my mind. I know if I tell them about that, it doesn't help me to get their trust and support. Trust and support that I mean are just like a trust that you give to your kid when you know what he wants to be, you trust him that he can do that and a support like a spirit that can help him to make his dream becomes reality. Maybe you can say some words like 'Hey kid! So you want to be a pilot? That's one of jobs that I like. I know you can do that, I believe in you. So, what kind of pilot do you want to be?'. Because, you know.. a support from your parents really can make you stand even if it's hard, really means everything. I don't say that my parents are bad, no! I love them so much. Maybe, in the future I can't do as good as what they've done to me to my kids. Even now, I've never felt like I've been a good daughter to them. I've ever said rude words to them. But, I didn't mean to say that! That's not what I mean. There's something that I really meant in that rude words. I think a word 'sorry' can't represent what I feel for them, a word 'thanks' can't mean more than what it's had to show my feelings for them. I really am grateful to have them as my parents. They never force me to study to pass my exam, they do try to not make me feel burdened. Maybe it will show a greedy side of me for demanding something more from them, but I just want they become more sensitive to know what I really feel and want. I just want to be myself infront of them. I'm not like a person who will do something if there's an order. Even it's from my parents. I will just do something if I really want to do. Yeah, now I really seem a bad daughter by saying that. But that's me and I do want my parents to know that. I have my own way to make them proud, maybe not now. I could be wrong but I know I'm right about my pretension to make them proud one day. Mmm.. I think I'm just talking about me and my parents too much. Maybe this is just my opinion that every kid just wants a trust and a support. But at least this is what I've felt as a kid. With a trust, you're never gonna let everybody who trusts you down, so that you will make sure to be what you want. With a support, you're never gonna feel that you're exhausted enough to stop making your dream becomes true, so that everybody who gives you a support will be proud of you. I think just it that I can share for now and I can't wait to share something else to you :).

Thursday, February 20, 2014

Happy or Not? (Curcol)

Gak terasa, sekarang aku sudah kelas 3 akhir di SMK. Rasanya baru kemarin daftar, baru kemarin tes, baru kemarin diterima, dan rasanya baru kemarin juga di mos. Hari ini baru aja aku selesai ujian praktik akuntansi yang komputer. Kemarin lusa yang manual. Sebelumnya ga pernah kebayang kalo aku bisa duduk selama 6 jam untuk nyelesain ujian praktik itu. eh, tau-taunya hari itu bisa lewat juga. Sekarang yang disibukkin anak-anak disekolah bukan lagi PR atau tugas(yah sometimes), tapi lagi pada sibuk ngurusin mau masuk universitas mana, jurusan apa, dimana, dan sebagainya. Sebagian dari temen aku ada yang tetep stay sama akuntansi dan sebagian ada yang berpaling ke lain hati, dan mungkin ada juga yang ga milih dua-duanya, yah you know lah.. jalan tengah hihi. Yah, itu semua sih terserah mereka. Itu semua pilihan mereka. Kalau aku termasuk golongan yang berpaling ke lain hati. Lah, ga sayang tuh 3 tahun tebuang kaya gitu aja ga dilanjutin? 3 tahun itu bukan waktu yang sebentar loh, harusnya kalo mau ngambil jurusan itu tu.. dan bla bla bla dan bla bla bla. Yah begitu lah komen dan respon yang kudapat pas orang nanya jurusan ku sekarang apa dan mau ngambil apa di kuliah nanti. Tapi sekarang gini, apa gak lebih sayang lagi aku ngabisin seluruh hidup aku untuk ngerjain yang gak aku suka? Ngerjain sesuatu yang ga bikin aku nyaman, dan paling penting sesuatu itu bukan aku. Apa gak lebih sayang?! Kalau aku pribadi aku lebih rela ngebuang waktu 3 tahun daripada seluruh hidup aku dipertaruhkan. Iya kalau suatu saat aku bisa suka dan nyaman sama jurusan yang aku ambil sekarang, kalau nantinya yang aku malah tambah tertekan? Ga kuat? Pengen berhenti? Pengen jadi pengangguran aja yang ga bisa ngasilin sesuatu, yang gak berguna? Berabe kan. Gak cuma nyusahin diri sendiri aja kalau gitu, tapi juga nyusahin orang lain yang ada disekitarku. Aku gak bilang akuntansi itu jelek, gak ada masa depannya. Tentu aja semua profesi itu ada masa depannya dan ada gunanya. Mungkin bagi kalian yang ngerasa jiwa dan raganya akuntansi bakal rela ngelakuin apa aja buat nerusin itu. yang aku bisa bilang sekarang, akuntansi itu bukan diri aku. Bukan sesuatu yang aku bisa nemuin diri aku didalamnya. Pasti keliatannya aku ngambil akuntansi karena dipaksa atau disuruh sama ortu kan. Kenyataannya ‘No!’. Itu adalah pilihan aku dulu. Beruntungnya aku, ortu aku gak pernah maksa aku atau suruh aku untuk masuk ke suatu jurusan tertentu. Itu semua pilihan aku, jadi kalau seandainya terjadi sesuatu aku gak akan nyalahin mereka atau paling engga aku gak akan terbebani karena mereka gak paksaain keinginan mereka untuk aku masuk ke suatu jurusan tertentu. Nah, sekarang pasti kalian mikir aku udah nyesel karena salah pilih jurusan kan? Jujur, dari hati yang paliiiiiiing dalam tentu aja ada rasa kecewa sedikiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit bangeeeet sama diri sendiri. Tapi rasa kecewa yang sedikit banget itu tentu aja kalah sama perasaan yang lebih besar daripada itu. perasaan yang lain itu ada di bagian dari hati aku yang lain. Sebenarnya aku juga bisa bilang kalau aku gak nyesel karena udah salah pilih jurusan. Kenapa? Karena kalau aku gak salah pilih, kalau aku gak masuk di SMK Negeri 1 Samarinda, aku gak akan ketemu sama temen-temen aku yang sekarang, punya kenangan masa-masa SMA yang gak kalah sama sinetron. Kadang, teman-teman lebih penting dari pada karir. Buktinya orang jaman dulu bisa aja hidup tanpa pekerjaan, tapi apa yang mereka punya untuk tetap bertahan hidup? Kelompok. Kelompok itu bisa dikatakan teman untuk jaman sekarang. Jadi sebenarnya kita bisa tetap hidup asal bisa bersosialisasi dengan orang lain, yah meskipun pas-pasan hihi. Dengan pikiran yang kaya begitulah, perasaan kecewa dan nyesal aku bisa pudar dan bahkan mungkin sudah hampir gak ada. Aku senang karena uda pernah jadi salah satu bagian dari mereka. Meskipun beberapa dari mereka sering lupa keberadaanku, tapi gak papa soalnya aku juga sering lupa kok hihi. Maklum namanya juga manusia J. Dan yang paling penting aku gak akan pernah menemukan diri aku yang sebenarnya, apa yang aku suka, apa yang sebenarnya aku pengenin kalau aku gak salah jurusan. Sebenarnya aku gak bisa bilang ini salah jurusan, karena ini lebih tepatnya proses menemukan jati diri, salah satu proses dari hidup juga. Kita gak akan menemukan jawaban yang benar kalau kita gak pernah salah sebelumnya dan salah itu adalah salah satu dari proses belajar. Dari mana kita tau kalau itu bukan diri kita? Ga ada cara yang lebih pasti selain mencobanya. Sama aja kaya kita kalau mau beli baju di mall. Misalnya ada satu model baju yang kamu sukaaa banget dan kamu rasa itu pas banget dibadan kamu. Tapi temen kamu bilang kayaknya baju itu kekecilan buat kamu. Kira-kira apa solusi yang pas biar tau kalau baju itu sebenarnya pas atau engga? Tentu aja dengan mencobanya. Ternyata baju yang kamu suka itu pas tapi ngepressss banget. Yah, bisa dibilang ‘agak’ sempit lah. Kira-kira lagi nih, kamu bakal tetep mau beli gak itu baju? Iya kalau ni badan tambah kurus, bagus jadinya, bagus banget tapi kalau tambah gemuk? Berabe deh gak bisa dipake lagi. Dengan pertimbangan seperti itu, tentunya aja kamu gak akan jadi beli baju itu dan mulai cari model lain yang pas ukurannya. Itu sama halnya dengan pindah jurusan, bedanya ya itu cuma contoh masalah yang lebih simpel. Tapi apa itu bakal jadi gak kompeten sama jurusan yang udah diambil sebelumnya? Lebih gak kompetanan mana kalau terus dipaksa yang akhirnya kerjanya jadi malas-malasan? Yang jadiin kerjaan itu cuma alasan biar tetep dapat uang? Biar di jawab masing-masing deh. Aku ngomong panjang lebar begini bukannya mau ngajak kalian buat pada pindah jurusan semua. Tapi coba untuk ngasih saran ke kalian untuk lebih jujur sama diri sendiri. Gimana mau jujur sama orang lain kalau sama diri sendiri aja sering gak ngakuin sesuatu? Coba dengan pertanyaan, apa ini yang bener-bener aku mau? Apa ini yang bener-bener aku suka? Dan kalau ternyata jawabannya memang iya, jangan ragu-ragu lagi buat nerusin apa yang sudah kalian ambil dan jangan jadikan uang sebagai alasannya. Selama ini kita sudah berpikir banyak tentang uang sampai-sampai kita lupa arti yang sebenarnya dari uang. Benda. Kita sudah terlalu men-‘subjekkan’  uang selama ini yang asalnya cuma benda dan kita pelakunya. Coba deh tekunin apa yang kamu suka, jangan mikir tentang uang, gak usah dengerin orang-orang yang ngomong kaya begini “ngapain sih kamu, masih aja terus ngelakuin pekerjaan gak jelas kaya gini! Mau makan apa kamu? gabisa nyari duit yang bener!”. Buktiin kemereka kalau mimpi kita itu jauh lebih benar dari pada pola pikir yang kaya begitu. Misalnya kamu suka sama sesuatu yang berbau A, terus untuk lebih tau tentang itu kamu pelajarin tentang ilmu A sampai kamu capai profesi A itu. terus, kamu geluti dunia A itu sampai kamu benar-benar sukses di dunia A tersebut. Kira-kira nih ya, mungkin gak kamu gak punya uang dari kesuksesan kamu di dunia A itu? yang ada kamu jadi ngembaliin uang keposisi semula, yaitu sebagai benda. Uang ngikutin kita, bukan kita yang ngikutin uang. Tapi sekali lagi jangan uangnya yang dipikirin tapi apa yang kamu suka itu yang dipikrin. Nilai plusnya lagi nih ya, kalau kamu ngerjain pekerjaan yang kamu suka, kamu gak akan cape, bosen atau hal-hal negatif kaya gitu. Karena pastinya kamu akan penasaran sama sesuatu yang kamu suka. Makanya ilmuwan jaman dulu tu ada yang betah ngerjain proyeknya sampai gak tidur, uang ga ada, makan sering lupa, itu semua karena mereka terlalu asyik ngerjain apa yang mereka suka. Aku ngomong begini bukan karena aku sudah benar-benar menemukan apa yang aku suka. Aku masih ditahap “mungkin aku muat pake baju itu” juga kok. Aku cuma pengen sharing, ngungkapin apa yang aku pikirkan selama ini karena sekarang aku semakin sering liat orang udah lupa sama apa yang buat mereka senang dan masih maksaain diri untuk tetep pakai baju yang sempit kemana-mana.